Kamis, 18 Agustus 2011

PEMIKIRAN FILSAFAT POLITIK MUSTAFA KEMAL ATATURK

oleh : Lutfi Fahrul Rizal*


BAB I
PENDAHULUAN

Islam adalah Agama yang paling komprehensif, yang paripurna dan serba lengkap, Islam mengatur umat manusia dari mulai bangun hingga mereeka tertidur kembali. Namun, di samping kebaikan akan Islam tentunya akan lahir pula sebuah keburukan yaitu sebuah kebencian, keiridengkian dan kehasadan yang terlahir dari segelintir oknum manusia yang tidak  senang dengan kehadiran Islam sebagai “khotamad Dien” yang di bawa oleh seorang “Khotama Nabiyyin”. hal tersebut akanlah berlangsung dengan sangat lama sekali, dan akan berakhir dengan batasan yang sangat mahal, sehingga Alloh mengabadikannya di dalam Al Qur’an Surat ke 2, yang berbunyi “Dan tidaklah akan ridho orang yahudi dan nasrani kepadamu (kaum Muslimin), hingga kamu mengikuti apa yang mereka inginkan (mengikuti aliran mereka”. Sungguh sangat jelas sekali ayat tersebut menginformasikan bagaimana dalamnya rasa kebencian kaum Yahudi dan Nasrani terhadap Islam, yang terus memaksa Umat Islam untuk memperjual belikan agama mereka.

Jika masalah politik selalumuncul dalam pembahasan  Islam, itu adalah hal yang sangat wajar dan seharusnya tidak perlu ada keheranan yang timbul. Dalam kaitannya dengan masalah politik ini, kaum Muslim bisa mengatakan bahwa Islam berbeda dengan banyak Agama lain. Pernyataan yang sering muncul secara stereotipikal itu memang mengandung kebenaran yang subtansial. Maka mengingkari hal itu sama dengan mengingkari kenyataan sejarah yang telah berlangsung selama lebih dari empat belas abad yang lalu dan yang masih akan berlangsung entah selama beberapa abad lagi. Dan tentu hal itu juga akan berarti sama dengan mengingkari sebagian dari esensi Islam. Kenyataan-kenyatan itu telah menjadi salah satu temuan terpenting kajian ilmiah tentang Islam, termasuk oleh mereka yang bukan Muslim, yang terkadang simpatik dan acapkali antipatik. Maka Marshal Hodgshon, misalnya, melihat dan menilai keseluruhan sejarah Islam sebagai venture atau usaha tidak kenal berhenti untuk mewujudkan masyarakat yang di cita-citakan, dan venture tersebutr melibatkan orang-orang Muslim dalam praktik dengan semuanya itu dan dengan sendirinya termasuk politik1.

Pembahasan politik di dalam Islam, perlu kiranya ada kejelasan apa yang di maksudkan dari sistem politik itu sendiri terlebih dahulu. Sistem Politik adalah suatu konsepsi yang berisikan antara lainketentuan-ketentuan tentang siapa sumber kekuasaan Negara; siapa pelaksana kekuasaaan tersebut;apa dasar dan bagaimana cara untuk menentukan kepada siapa kewenangan melaksanakan kekuasaan itu di berikan; kepada pelaksana kekuasaan itu bertanggungjawab dan bagaiman bentuk tanggung jawab tersebut2.
Mengenai hubungan Islam dan Negara ini telah melahirkan tiga aliran yang masing-masing punya pendirian tersendiri, di antaranya yaitu :
        I.            Aliran pertama beranggapan banhwa Islam adala Agama paripurna yang serba lengkap, tidak hanya mengatur hubungan Tuhan dengan makhliukNya (Hablum Minalloh), tapi juga mengatur hubungan manusia dengan manusia dan lingkungan bernegara (Hablum Minannas).
      II.            Aliran kedua beranggapan bahwa Muhamad hanyalah Rosul biasa, layaknya Rosul-Rosul sebelumnya. Yang memiliki tugas, peran dan fungsi tunggal, yaitu mengajak umat pada kebaikan etika untuk mencapai keridhoan tuhan sehingga nanti mendapatkan balasan yang lebih baik pula (bersifat ukhrawi)]
    III.            Aliran ketiga menolak asumsi Islam agama yang serba lengkap seperti apa yang di sebutkan pada aliran pertama, dan juga menolak asumsi aliran ke dua. Menurutnyan di dalam Islam tidak ada system kenegaraan, tetapi hanya terdapat seperangkat tata nilai etika bagi kehidupan bernegara.

1 Nurcholis Majid dalam kata pengantar II Islam dan Tata Negara,
2 Munawir Sjadzali Munawir Sjadzali, dalam buku Islam dan Tata Negara                                                                                                    
BAB II
PEMBAHASAN

            Mustafa Kemal Ataturk adalah seorang tokoh pembaru turki yang telah mendapatkan berbagai penilaian dan kontroversi steatment dari berbagai perspektif, demi kerelevanan pengkajian ini penulis mencoba mengenal dari asal mula munculnya tokoh ini dengan menyajikan dari berbagai sumber yang terkait.

1.       Biografi Mustafa Kemal Ataturk
Menurut sebagian sejarawan berpendapat, Mustafa Kemal Ataturk lahir di Salonika Tepatnya pada tanggal 12 Maret tahun 1881. Orang tuanya bernama Ali Riza seorang pegawai biasa di ¬salah satu kantor pemerintah di kota itu, sedangkan ibunya bernama Zubayde, seorang wanita yang amat dalam perasaan keagamaannya. Ali Riza meninggal dunia saat Mustafa Kemal berusia tujuh tahun. Ia kemudian diasuh oleh ibunya3.

Riwayat pendidikan Mustafa Kemal dimulai sejak tahun 1893 ketika ia memasuki sekolah Rushdiye (sekolah menengah militer Turki). Pada tahun 1895 ia masuk ke akademi militer di kota Monastir dan pada 13 Maret 1899 ia masuk ke sekolah ilmu militer di Istambul sebagai kadet pasukan infanteri. Tahun 1902 ia ditunjuk menjadi salah satu staf pengajar dan pada bulan Januari 1905 ia lulus dengan pangkat kapten

Kehidupan Mustafa Kemal sejak 1905 sampai dengan 1918 diwarnai dengan perjuangan untuk mewujudkan identitas kebangsaan Turki. Sebagai pejabat militer di dalam imperium Turki Usmani saat itu, ia mendirikan sebuah organisasi yang bernama Masyarakat Tanah Air (Fatherland Society). Ia juga bergabung bersama Kongres Turki Muda yang membentuk Komite Kebangsaan dan Kemajuan (Committee for Union and Progress) atau disingkat C.U.P. Setelah berakhirnya Perang Dunia I, tepatnya pada tahun 1919 Mustafa Kemal berusaha mewujudkan prinsip-prinsip generasi Turki Muda. Di bawah kepemimpinannya, elit nasional Turki berhasil memobilisir perjuangan rakyat Turki dan melawan pendudukan asing. Rakyat Turki berhasil memukul mundur kekuatan penjajahan dari tanah bangsa Turki, yang secara tidak langsung menjadi kemenangan awal bagi Mustafa Kemal.

Selanjutnya, melalui gerakan politis dan diplomatis di parlemen Majelis Nasional Agung (Grand National Assembly), di mana dalam parlemen ini Mustafa Kemal menjadi ketuanya, ia berhasil mendirikan rezim republik atas sebagian wilayah Anatolia, memberlakukan suatu konstitusi baru bagi rakyat Turki pada tahun 1920, dan mengalahkan republik Armenia, mengalahkan kekuatan Perancis, dan mengusir kekuatan tentara Yunani. Klimaks perjuangan Mustafa Kemal yang mengantarkannya ke kursi presiden republik Turki adalah ketika bangsa Eropa mengakui kemerdekaan bangsa Turki yang ditandai oleh perjanjian Lausanne pada tahun 1923.







3 Mubarak H, Media Kajian Islam


2.       Pemikiran Politik Mustafa Kemal Ataturk
Dalam Pasal 1 dari Undang-Undang Dasar baru turki tahun 1924ditegaskan bahwa Turki adalah: (1) Republik; (2) Nasionalis; (3) Kerakyatan; (4) Kenegaraaan; (5) Sekularis; dan (6) Revolusionis, pasal 3 menegaskan bahwa kedaulatan dengan tanpa syarat berada di tangan Bangsa, dan menurut pasal 88 semua warga Negara Turki membedakan Agama dan suku di sebut Bangsa Turki.
Begitulah bunyi konstitusi ketika Mustafa menjabat sebagai sang pembaru Republik Of Turkey, banyak sekali perombakan yang di lakukan olenya, dan bahkan dalam konteks ini tidak lagi dikatakan sebagai transformasi ataupun reformasi nilai (Amandemen), tapi Revolution Of Value (Referendum).
Pembaruan Turki sesungguhnya telah sejak lama dilakukan oleh generasi Turki, jauh sebelum pembaruan yang dilakukan oleh Mustafa Kemal Ataturk. Pembaruan di bidang militer dan administrasi, sampai kepada pembaruan di bidang ekonomi, sosial dan keagamaan, telah dilakukan oleh generasi Turki pada :
Ø  Era Tanzimat yang berlangsung dari tahun 1839 sampai dengan 1876;
Ø  Era Usmani Muda yang berlangsung dari dekade 1860-an sampai dengan dekade 1870-an merupakan reaksi atas program Tanzimat yang mereka anggap tidak peka terhadap tuntutan sosia dan keagamaan; dan
Ø  Pada akhir dekade 1880-an, terbentuklah era baru generasi muda Turki. Generasi baru Turki ini menamakan diri mereka sebagai Kelompok Turki Muda (Ottoman Society for Union and Progress). Kelompok ini secara nyata mempertahankan kontinuitas imperium Usmani, tetapi secara tegas mereka melakukan agitasi terhadap restorasi rezim parlementer dan kontitusional.

Pemikiran pembaruan Turki yang dimiliki oleh Mustafa Kemal Ataturk boleh dianggap merupakan sintesa dari pemikiran ketiga generasi Turki sebelumnya. Bahkan, prinsip pemikiran pembaruan Turki yang ia ke tengahkan di dalam frame kebangsaan masyarakat Turki saat ini adalah reduksi pemikiran dari seorang pemikir Turki yang dianggap sebagai Bapak Nasionalisme Turki, yakni Ziya Gokalp.

Melacak Akar-akar Sejarah, Sosial, Politik, dan Budaya Umat Islam, disebutkan bahwa pemikiran pembaruan Turki telah dilakukan oleh tokoh-tokoh, seperti :
Ø  Mustafa Rasyid Pasha (1800) dan Mehmet Shidiq Ri’at (1807) dari generasi Tanzimat;
Ø  Ziya Pasha (1825-1876), Namik Kemal (1840-1880) dan Midhat Pasha (1822-1883) dari generasi Usmani Muda; dan,
Ø  Ahmad Riza (1859-1931) dan Mehmed Murad (1853-1912) dari generasi Turki Muda.

Sedangkan, pemikiran yang paling dekat dengan gerakan pembaruan Turki yang dilaksanakan oleh Mustafa Kemal adalah pemikiran Ziya Gokalp, yang secara sistematis mencanangkan program-program pembaruannya dalam berbagai aspek yang ia sebut sebagai The Programe of Turkism, yakni : Linguistic Turkism, Aesthetic Turkism, Ethical Turkism, Legal Turkism, Economic Turkism, Political Turkism, dan Philosopical Turkism4.



4 Thohir Ajid, Footer Artikel
Prinsip Pemikiran Pembaruan Mustafa Kemal di awali ketika ia ditugaskan sebagai attase militer pada tahun 1913 di Sofia. Dari sinilah ia berkenalan dengan peradaban Barat, terutama sistem parlementernya. Adapun prinsip pemikiran pembaharuan Turki yang kemudian menjadi corak ideologinya terdiri dari tiga unsur, yakni : nasionalisme, sekularisme dan westernisme. Mempersoalkan tiga unsur dalam prinsip pemikiran pembaruan Turki Mustafa Kemal di atas, penulis mengulasnya sebagai berikut

pertama, unsur nasionalisme dalam pemikiran Mustafa Kemal diilhami oleh Ziya Gokalp (1875-1924) yang meresmikan kultur rakyat Turki dan menyerukan reformasi Islam untuk menjadikan Islam sebagai ekspresi dari etos Turki. Dalam koridor pemahaman Mustafa Kemal, Islam yang berkembang di Turki adalah Islam yang telah dipribumikan ke dalam budaya Turki. Oleh karenanya, ia berkeyakinan bahwa Islam pun dapat diselaraskan dengan dunia modern. Turut campurnya Islam dalam segala lapangan kehidupan akan membawa kemunduran pada bangsa dan agama. Atas dasar itu, agama harus dipisahkan dari negara. Islam tidak perlu menghalangi adopsi Turki sepenuhnya  terhadap peradaban Barat, karena peradaban Barat bukanlah Kristen, sebagaimana Timur bukanlah Islam ;

kedua, unsur sekularisme. Unsur ini sebenarnya adalah implikasi dari pemahaman westernisme Mustafa Kemal. Pada prinsip ini, salah seorang pengikut setia Mustafa Kemal, Ahmed Agouglu menyatakan bahwa indikasi ketinggian suatu peradaban terletak pada keseluruhannya, bukan secara parsial. Peradaban Barat dapat mengalahkan peradaban-peradaban lain, bukan hanya karena kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologinya, tetapi karena keseluruhan unsur-unsurnya. Peperangan antara Timur dan Barat adalah peperangan antara dua peradaban, yakni peradaban Islam dan peradaban Barat. Di dalam peradaban Islam, agama mencakup segala-galanya mulai dari pakaian dan perkakas rumah sampai ke sekolah dan institusi. Turut campurnya Islam dalam segala lapangan kehidupan membawa kepada mundurnya Islam, dan di Barat sebaliknya sekularisasilah yang menimbulkan peradaban yang tinggi itu. Jika ingin terus mempunyai wujud rakyat Turki harus mengadakan sekularisasi terhadap pandangan keagamaan, hubungan sosial dan hukum. Menurut versi Mustafa kemal, sekularisme bukan saja memisahkan masalah bernegara (legislatif, eksekutif dan yudikatif) dari pengaruh agama melainkan juga membatasi peranan agama dalam kehidupan orang Turki sebagai satu bangsa. Sekularisme ini adalah lebih merupakan antagonisme terhadap hampir segala apa yang berlaku di masa Usmani.; dan,


ketiga, unsur westernisme. Dalam unsur ini, Mustafa Kemal berpendapat bahwa Turki harus berorientasi ke Barat. Ia melihat bahwa dengan meniru Barat negara Turki akan maju. Unsur westernisme dalam prinsip pemikiran Mustafa Kemal mendapat momennya ketika dalam salah satu pidatonya ia mengatakan bahwa kelanjutan hidup suatu masyarakat di dunia peradaban modern menghendaki perobahan dalam diri sendiri. Di zaman yang dalamnya ilmu pengetahuan mampu membawa perobahan secara terus-menerus, maka bangsa yang berpegang teguh pada pemikiran dan tradisi yang tua lagi usang tidak akan dapat mempertahankan wujudnya. Masyarakat Turki harus dirubah menjadi masyarakat yang mempunyai peradaban Barat, dan segala kegiatan reaksioner harus dihancurkan.

Dari ketiga prinsip di atas, kemudian melahirkan ideologi kemalisme, yang terdiri atas : republikanisme, nasionalisme, kerakyat¬an, sekularisme, etatisme, dan revolusionisme. Ideologi yang diasosiasikan dengan figur Mustafa Kemal ini kemudian berkembang di Turki dan dikembangkan oleh pengikutnya.

3.       Republik Turki
Khilafah adalah symbol kemegahan dan kejayaan Islam, hingga sekarang tak sedikit orang-orang menyuarakan khilafah untuk tegak kembali, terkenang akan kepemerintahan yang dulu Berjaya. Terjagalnya Khilafah tanpa daya pada bulan 28 Rajab 1342 H bertepatan dengan 3 Maret 1924 M bukanlah terjadi dengan sekejap mata. Sebagaimana kebaikan yang perlu proses untuk terjadinya, keburukan pun demikian, membutuhkan proses. Mustafa Kemal Ataturk menjagal Khilafah juga bukan proses sekejap, perlu proses yang panjang. Proses itu dimulai ketika pada awal abad ke-19 M kaum muslimin mulai meninggalkan al-Qur`an dan as-Sunnah untuk memecahkan masalah-masalah mereka, dan tertarik dengan ideologi Liberal yang menggiurkan nafsu manusia yang sangat membuncah dan tak akan pernah habis ini.
Liberalisasi di Eropa Barat
Jauh sebelumnya, masyarakat eropa mengira bahwa para pejabat adalah orang-orang yang dekat dengan Tuhan (Rahib). Sehingga mereka menamakan Ilmu Politik adalah Ilmu para Dewa yang suci, hanya mereka yang dekat dengan Tuhan yang mampu menguasai dan menaplikasikannya. Bukti ketaatan tersebut telah banyak terbuktikan, salah satunya adalah pemnghukuman mati terhadap Galileo Galilei yang di anggap telah menentang keputusan dan Doktrinitas Gerejawan, dan masih banyak lagi yang lainnya. Setelah mengalami Renaisance abad ke-15 M, masyarakat Eropa Barat bersepakat untuk memisahkan agama dari kehidupan alias menganut faham sekulerisme. Sekulerisme ini dikristalkan oleh John Locke filosof Inggris menjadi ideologi Liberal, sebuah ideologi yang menempatkan manusia bebas dari ikatan apa pun, baik ikatan agama ataupun selain agama. Liberal dalam beragama, berekonomi, liberal berpolitik, seksualitas, liberal dalam segala hal. Ideologi inilah yang akan menghantarkan Barat kepada kebangkitannya, walau kebangkitan yang semu.
Semangat Liberalisme ini mendorong pecahnya Revolusi Perancis tahun 1789 yang mengusung jargon ”Liberte, Egalite, dan Fraternite”. Revolusi Perancis berhasil menjauhkan agama dalam hal ini gereja dari masyarakat, negara maupun politik. Di awal abad ke-19 M, Perancis muncul menjadi paling kuat dan maju, menjadi negara nomor satu di dunia di bawah pimpinan Napoleon Bonaparte.
Khilafah Turki Utsmani Melirik Liberalisme
Sejarah menyebutkan bahwa kejayaan Islam pasca Rosulullah SAW mengalami banyak pasang surut. Salah satunya itu, Khilafah Turki Utsmani yang masih mengalami kemandegan berpikir akibat terhentinya ijtihad dan mulai melirik ideologi Liberal yang sedang berkembang pesat di Eropa Barat. Kemajuan teknologi akibat revolusi Industri telah menyilaukan mata, sehingga tidak bisa membedakan mana teknologi yang bisa diambil ari bangsa manapun, dan mana peradaban yang harus disaring. Karena kebutaan yang terus membayanginya, prinsip yang telah membawa Islam pada kejayaan pun telah terlupakan atau bahkan di lupakan sama sekali.
Tahun 1828 di masa Sultan Mahmud II, pemikiran dan sistem sekuler mulai merasuk ke tubuh khilafah. Tahun 1876 M Gerakan Turki Muda yang tergila-gila dengan ideologi liberal berhasil memaksa Sultan Abdul Hamid II menerima Konstitusi 1876, sebuah konstitusi sekuler. Sejak itu, tanda-tanda keruntuhan Khilafah mulai di depan mata. Sekeliling khalifah sudah dipadati dengan orang-orang yang berideologi sekuler liberal, yang dipimpin oleh Perdana Menterinya sendiri, Midhat Pasya si pemabok.
Keadaan Republik Turki
Daripada lebel seorang inspirator berdirinya republik Turki, Mustafa Kemal Ataturk sebenarnya lebih dikenal sebagai tokoh penggerak berdirinya sebuah rezim republik sekuler Turki. Dari perjuangannya- lah, negara Turki yang pernah menjadi jantung pemerintahan imperium terakhir ummat Islam ini mampu berdiri kokoh sebagai sebuah negara merdeka yang berdiri dan diakui kedaulatannya secara internasional setelah Perang Dunia I.

Meski demikian, keberhasilan mendirikan sebuah negara Turki yang merdeka tidak serta merta menjadikan negara bekas pemerintahan dinasti Islam ini berubah seratus persen menjadi sekuler. Lika-liku gerakan pembaruan (sekularisasi) Turki yang dilakoni oleh Mustafa Kemal terekam dalam tindakan rezim pemerintahannya yang diktator. Sehingga, proses perubahan Turki menjadi sebuah negara yang bercorak modern adalah suatu metamorphosis yang sangat berbeda dari corak tradisi dan nilai-nilai budaya masyarakat Turki yang hampir seluruhnya Islam.

Gerakan pembaruan Turki Mustafa Kemal Ataturk dimulai dengan penghapusan Kesultanan Usmani pada tahun 1923 dan penghapusan khilafah pada tahun 1924. Lembaga wakaf dihapuskan dan dikuasakan kepada kantor urusan agama. Pada tahun 1925 beberapa thariqat sufi dinyatakan sebagai organisasi terlarang dan dihancurkan. Pada tahun 1927 pemakaian tarbus dilarang. Pada tahun 1928 diberlakukan tulisan latin menggantikan tulisan Arab, dan dimulai upaya memurnikan bahasa Turki dari muatan bahasa Arab dan Persi. Pada tahun 1935 seluruh warga Turki diharuskan menggunakan nama kecil sebagaimana berlaku pada pola nama Barat.

Sedangkan menurut Ajid Thohir, gerakan pembaruan Turki Mustafa Kemal tergambar dalam ideologi kemalisme yang mencakup prinsip-prinsip : republikanisme, nasionalisme, populisme, etatisme, sekularisme, dan revolusionisme. Dalam lapangan agama, Mustafa Kemal membuat sejumlah kebijakan, seperti pada tahun 1928, ia memperkenalkan bangku gereja serta jam kamar ke dalam mesjid. Orang shalat dengan menggunakan sepatunya, menggunakan bahasa Turki dalam sholatnya. Dan untuk membuat sholat di masjid itu indah, mudah untuk mendapat inspirasi dan memiliki nilai spiritual, maka mesjid perlu melatih para musikus. Kebutuhan ini penting bagi kaum modern dengan meletakkan alat musik barat ke dalam mesjid. Sedangkan beberapa kebijakan yang dibuat dalam undang-undang pada era rezim Mustafa Kemal adalah :

1)       Undang-undang tentang unifikasi dan sekularisasi pendidikan, tanggal 3 Maret 1924;
2)       Undang-undang tentang kopiyah, tahun 1925;
3)       Undang-undang tentang pemberhentian petugas jemaah dan makam, penghapusan lembaga pemakaman, tanggal 30 November 1925;
4)       Peraturan sipil tentang perkawinan, tanggal 17 Februari 1926;
5)       Undang-undang penggunaan huruf latin untuk abjad Turki dan penghapusan tulisan Arab, tanggal 1 November 1928; dan
6)       Undang-undang tentang larangan menggunakan pakaian asli, tanggal 1934.

Gerakan sekularisasi Turki oleh rezim Mustafa Kemal berakhir seiring dengan wafatnya Mustafa Kemal pada tahun 1938. Sungguhpun demikian, sepeninggal Mustafa Kemal Ataturk, posisi presiden Turki digantikan oleh Ismet Inonu, seorang kolega yang sangat setia kepadanya. Dengan demikian, proses sekukarisasi terus berjalan di Turki. Hanya saja, pergantian tampuk pimpinan dalam rezim pemerintahan ini memberikan peluang bagi konsepsi sistem politik baru bagi negara Turki. Konsepsi politik baru ini terjadi setelah Perang Dunia II, khususnya pada tahun 1946, yang atas campur tangan pemerintah Amerika Serikat ketika itu yang berusaha mengurangi pengaruh sistem paternalistik dan lebih cenderung menginginkan sistem multi partai. Kondisi ini membuka jalan bagi terbentuknya partai Demokrat (Democrat Party) di Republik Turki.

Dalam sistem politik multi partai inilah, akhirnya pengaruh Partai Republik yang pernah dipimpin oleh Mustafa Kemal, cenderung berkurang. Kecenderungan apresiasi masyarakat Turki terhadap Partai Demokrat lebih didasarkan oleh sikap politik partai ini yang mengusung opini tentang orientasi keagamaan baru yang berbeda daripada orientasi keagamaan di masa rezim Mustafa Kemal bersama Partai Republik-nya.

4.       Prinsip Kemalisme
Kepemimpinan yang terus di pegang oleh kolega yang satu pemahaman dan Ideologi telah menyebabkan langgeng dan terus eksisnya ideologi Kemalisme yang menjadi tonggak dasar pemerintahan Republik Turki. Ideologi ini di Turki terus digunakan hingga saat ini. Pemerintahan Turki setelah Ismet Inonu dipimpin oleh Adnan Menderes dari Partai Demokrat. Kepemimpinan pemerintahan dari partai ini membuka peluang baru bagi orientasi keagamaan masyarakat Turki.

Pada pemilu 1950, kekuasaan tunggal Partai Republik berakhir dan digantikan oleh partai sekuler beraliran liberal, yaitu Partai Demokrat5. Partai pimpinan Adnan Menderes ini mencoba mengoreksi penyimpangan-penyimpangan sekularisasi yang sudah dijalankan oleh Partai Republik Rakyat sejak berdirinya negara Turki. Namun Adnan menderes juga tidak ingin Kemalisme digantikan dengan ideologi lain. Sejak masa pemerintahan Partai Demokrat inilah masyarakat Muslim yang merupakan mayoritas (98 persen dari 70 juta jiwa) penduduk Turki dapat melakukan shalat di mesjid-mesjid umum, berpuasa dan melakukan ibadah naik haji, yang pada masa Rezim Kemalis sulit dilakukan. Selain itu madrasah-madrasah kembali di buka, sehingga para orang tua dapat kembali menyekolahkan anak mereka di sekolah agama, setelah mereka menyadari bahwa mereka tumbuh sebagai suatu generasi yang kering dari nilai dan ilmu agama. Madrasah-madrasah ini kembali ditutup pada tahun 1998 setelah dianggap sebagai lembaga yang mendidik kelompok Islam fundamental yang keberadaannya menguat dan mengancam ideologi sekuler Turki.

Periode republik Turki pasca rezim Mustafa Kemal adalah fase sistem politik multi partai, fase berkembangnya diferensiasi sosial, fase perubahan ekonomi yang pesat, dan fase berkecamuknya konflik ideologi. Periode ini berlangsung dari tahun 1950-an hingga saat ini6. Pasca periode Mustafa Kemal Ataturk militer Turki mengambil peran sebagai penjaga ideologi Kemalisme. Ideologi yang dicetuskan oleh Msutafa Kemal Ataturk ini dianggap sebagai prinsip negara Turki. Menurut Ade Solihat M.S. jatuhnya pemerintahan Partai Islam Refah pada tahun 1998 adalah suatu bukti masih dominannya pengaruh politik militer di Turki. Namun kebangkitan Islam merupakan suatu fenomena kesadaran umat Islam Turki untuk kembali mempelajari nilai-nilai Islam di tengah kebijakan sekuler pemerintah dan fenomena dukungan masyarakat Islam terhadap kemenangan partai politik yang dianggap membawa aspirasi Islam terus memperlihatkan kemajuan ke arah yang positif. Aspirasi dan dukungan yang besar dari masyarakat Turki kembali mengantarkan kemenangan partai berbasis Islam: Partai Keadilan dan Pembangunan dalam pemilu 2002. Meskipun secara tegas pemimpin partai ini menyatakan bahwa Partai Keadilan dan Pembangunan bukanlah partai Islam dan mereka menyatakan komitmennya yang sungguh-sungguh menjaga ideologi sekularisme di Turki.




5 Ade Solihat M.S, Article
6 Ira M. Lapidus
Baru-baru ini kantor berita BBC Indonesia mengabarkan bahwa kebanyakan publik Turki merasa khawatir dengan pencalonan Perdana Menteri Rechep Tayyip Erdogan sebagai presiden Turki. Mereka beranggapan bahwa Rechep Tayyip Erdogan membawa misi terselubung berupa Islamisasi dalam pemerintahan Turki. Pemberitaan ini menggambarkan bahwa di Turki, masyarakat masih dominan mendukung eksistensi ideologi sekuler Kemalisme. Meskipun, ada pula masyarakat yang merasa hampa dengan nilai-nilai sekuler negaranya berharap agar tekanan pemerintah Turki agak mengendur terhadap penerapan nilai-nilai keislaman di Turki.


BAB III
PENUTUP

            Dari uraian yang cukup panjang, dan dari pernyataan berbagai berbagai sumber yang telah di dapat penulis cukup memberikan satu kesimpulan bahwa opini masyarakat Turki hingga saat ini masih terpecah dalam penilaian terhadap Mustafa Kemal Ataturk. Di satu sisi, ia sebenarnya dihormati sebagai penyelamat bangsa dari kekuasaan penjajahan, dan sekaligus dihormati karena jasanya dalam mengupayakan berdirinya negara modern Turki; dan di sisi lainnya, ia juga dikecam sebagai pengkhianat yang bertanggung jawab atas hilangnya kekhalifahan Islam yang merupakan symbol kejayaan dan kemegahan Umat Islam. Kontradiksi ini menurut penulis tidak dapat dielakkan dalam porsi sejarah negara Turki. Dan hal ini adalah bagian yang integral dalam sejarah panjang berdirinya negara Turki. Suatu hal yang masih memerlukan pengkajian dan pemahaman yang lebih untuk memberikan pandangan dan penilaian terhadap semua ini.



























DAFTAR PUSTAKA

Konspirasi Barat Meruntuhkan Khilafah Islam. Abdul Qadim Zallum. (Terjemahan How The Khilafah Destroyed. Khilafah Publication. London). Al-Izzah. Bangil. 2001.
Islam Dan Tata Negara, Edisi II. H. Munawir Sjadzali MA.UI PRESS.Jakarta.1993
Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Utsmaniyah. Ali Muhammad Ash-Shalabi. (ad-Daulah al-‘Utsmaaniyyah ‘awaamilut tahwidh wa asbaabus suquuth. Maktabah Al-Iman). Pustaka al-Kautsar. Jakarta. 2003.
Para Pengkhianat. Maryam Jameelah. (Terjemahan Traitrors of Islam in Islam and Modernism. www.khilafah.org). 2003. Pustaka Thariqul Izzah. Bogor. 2003.
Sejarah Para Khalifah. Hepi Andi Bastoni. Pustaka al-Kautsar. Jakarta. 2008.


*Mahasiswa Jurusan Hukum Ketata Negaraan Dan Poltik Islam (SIYASAH)
UIN SGD Bandung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar